WANITA DAN AIRMATA...
Wanita dan air mata tidak dapat dipisahkan..kerana erti setitis airmata amatlah berharga dalam hidupnya.. jadilah diri mu wahai wanita.. muslimah sejati.. yang suci dan berharga..hiasi peribadi dengan akhlak yang mulia .. biarlah airmata yang mengalir itu adalah airmata suci dan diberkati disisi Allah SWT…
Barangkali lelakilah, manusia yang paling miskin khazanah nuansa emosional. Realiti sosial secara sistematik membuat jurang yang ketat antara lelaki dengan airmata. Bahkan dalam kamus hidupnya airmata terlanjur dipersepsikan sebagai ekspresi kemanjaan dan kelemahan. Tengoklah kata, “Diam! Kamu laki-laki, jangan menangis.” Atau “dasar laki-laki lembek, sana nangis dibelakang kebaya ibumu!”
Tiba-tiba setelah berumah tangga ia harus serumah dengan wanita, seorang insan yang sering memakai bahasa airmata. Pada banyak kaadaan dan situasi serta boleh jadi airmata itu akan mengalir terus seolah tanpa batas. Maka disanalah bermula perjalanan misteri yang penuh kejutan.
Pertama melihat airmata, ketika upacara ijab Kabul berlangsung. Entah mengapa ada titis-titis bening merebak, membasahi mata gadis pilihannya. Susah payah ia menepis bayang-bayang hitam: “apakah wanita itu menyesal menikah dengan ku? Kalau tidak, mengapa harus ada airmata?”
Kenapa mata si isteri sembab berlinang air ketika kepala suami berlumuran darah jatuh dari motor? Sementara ia sendiri merasa biasa-biasa saja. Mengapa matanya berkaca-kaca melepas rindu setelah lama berpisah? Sedangkan ia malah tertawa-tawa.
Si isteri menangis setelah melahirkan bayi yang telah lama dinanti. Susah payah suami memujuk, tapi dia keras kepala. Terus menangis, hingga kemudian berhenti sendiri.
Sebagai suami pada mulanya ia belum bersedia menerjemahkan bahasa airmata dengan sempurna. Betapa rumit mememikirkan secara logik untuk menerima saat wanita menitiskan airmata, sambil memeluk bayi yang demam panas. Padahal ubat penawar baru saja selesai diberikan. Apakah airmata dapat mengurangi sakit?
Tapi anehnya, wanita tidak menitiskan airmata ketika suami di buang kerja, saat harus pindah dari rumah sewa, susu bayi tiada, atau dapur yang mulai jarang berasap. Isteri tidak menangis bila tiga tahun menikah belum sepasang baju baru dihadiahkan oleh suami tercinta. Atau peringatan ulang tahun perkawinan yang disambut cukup dengan makan nasi dingin. Rumah sewa yang sering dilanda banjir. Bahkan ketika dia “terpaksa” ikut serta memeras keringat menampung ekonomi keluarga yang serba kurang.
Alhasil walaupun berumah tangga, bukannya tambah faham arti airmata bahkan membuatnya tambah bingung, hairan bercampur takut. Ternyata sungguh rumit mengurai harga airmata wanita dengan rasionalistik semata. Sebagai suami ia menyadari kewajipannya mendidik , membina dan mencintai isteri. Maka mahu tidak mahu ia harus menyelami kehidupan emosional dan ciri-ciri perasaan wanita, termasuk dimensi airmata.
Walau ia sesali juga mengapa tidak ada mata kuliah hikmah airmata? Mana referensi, buku-buku, atau hasil penelitian yang mengkaji makna titisan halus dari pelupuk mata? Pernah ia berkira-kira dan terfikir, semua wanita memang menangis tanpa ada alasan. Syukurlah teka-teki itu terjawab oleh ensiklopedia kehidupan serta kekayaan pengalaman yang dialami selama berumah tangga. Sedikit demi sedikit mulai difahami, sebenarnya airmata wanita adalah AIRMATA KEHIDUPAN .
Airmata kekuatan, untuk melahirkan bayi dari rahimnya. Airmata kehangatan bagi bayi dalam dakapan lembutnya. Airmata yang peka dan kasih untuk mencintai dan merawat semua anak dan keluarga, dalam kaadaan apapun, dan dalam situasi bagaimanapun. Walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa mengeluh. Padahal tak jarang orang-orang yang dicintai itu menyakiti perasaan dan melukai hatinya.
Airmata ketabahan, atas kesedarhanaan hidup namun tak membuatnya terasing dalam pergaulan. Apalagi sampai mengurangi husnuzhannya terhadap Allah. Airmata ketegaran, saat rumah tangga melewati masa-masa pancaroba, atau hampir karam oleh badai cobaan. Seperti tangisan bahagia Khansa’ atas wafatnya suami dan tiga putera tercinta di medan jihad, syahid demi membela kekasih sejati: Muhammad SAW. Itulah airmata keperkasaan, pantang menyerah saat melalui masa-masa sulit. Kesusahan dan ujian itu membentuk kepribadian yang kuat dan teguh.
Airmata kesucian, sebagaimana tangisan Aisyah ra ketika dituduh berselingkuh oleh kaum munafik. Sehingga menimbulkan percakapan negatif dikalangan umat Islam bahkan Rasul pun hampir terpengaruh. Tapi Allah maha tahu. Airmata kesucian itu dikukuhkan kebenarannya oleh al-Qur’an.
Airmata yang bersumber dari mata air kehalusan perasaan ketika bersentuhan dengan hal-hal yang mengusik hati nurani. Tangisannya bukan karena kelemahan tapi menunjukkan betapa halus dan lembutnya perasaan yang ia miliki. Wanita berfikir dengan hati dan merasa dengan fikirannya.
Subhanallah! Diusia pernikahan yang baru seumur jagung, ia telah melihat semua jenis airmata itu berkumpul pada isteri tercinta. Airmata yang menitis hinga membasahi hati. Sebagai gambaran atas ketawadhu’an, qonaah, dan istiqamahnya diri. Juga menumbuhkan ketulusan cinta yang luar biasa.
Akhirnya ia berani menyatakan, “andai wanita tanpa airmata, maka dunia akan berduka cita.” Tiba-tiba si suami mula ingin belajar menangis.
Sesungguhnya wanita dan airmata tidak dapat dipisahkan.. jangan sia-siakan airmata yang mengalir dengan hal yang tidak diberkati.. jagalah kesucian airmatamu.. sama-samalah kita renungi wahai teman...
*Sesungguhnya wanita dan airmata tidak dapat dipisahkan.. jangan sia-siakan airmata yang mengalir dengan hal yang tidak diberkati.. jagalah kesucian airmatamu.. sama-samalah kita renungi wahai teman...
No comments:
Post a Comment