.~ Hak Cipta adalah Milik AllAh~
Pada hakikatnya, manusia tidaklah menciptakan sebagaimana sifat Alloh yang menciptakan segala sesuatu, dari tidak ada menjadi ada. Manusia hanya merubah satu hasil dari ciptaan Allah (yang sudah ada) yang kemudian menjadikannya perubahan tersebut sebagai satu bentuk yang baru, atau satu bentuk yang berbeda dari unsur dasar pembentuknya...
Ketidak mampuan manusia untuk menciptakan dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada dinyatakan pula dalam Al Qur’an sebagaimana ayat ;
”Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)”. (An Naml 27 :60).
Bahkan Allah mencela sesembahan selain Allah yang ditatang-Nya untuk memperlihatkan satu ciptaannya yang berasal dari bumi yang bukan ciptaan Allah, atau yang berasal dari langit ;
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Qur'an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar". (Al Ahqoof 46 :2).
Ayat ini memperlihatkan pada kita, bahwa selain Allah memang tidaklah mampu untuk berbuat seperti Allah, menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Manusia hanyalah mampu untuk merubah dari sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang seakan-akan merupakan bentuk yang baru, dan hal ini seringlah di pahami oleh kebanyakan manusia sebagai proses penciptaan, padahal secara hakikat, ia bukanlah sebuah ciptaan, tetapi lebih tepatnya, ia adalah satu penemuan.
Mengenai penemuan, merubah sesuatu menjadi satu bentuk yang baru, tentunya ada ilmu yang Allah ajarkan kepada manusia sebagaimana dalam beberapa ayat berikut ;
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan”. (Saba’ 34 :10-11)
“Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)”. (Al Qomar 54 : 13-14)
..Segala sesuatu pada hakikatnya adalah berasal dari Allah, maka ia adalah mutlak milik Allah sepenuhnya. Manusia hanya diberi amanah sebatas apa yang Allah kehendaki dari sebagian kepemilikan-Nya sebagai ujian dalam kehidupannya..
Dengan memahami hal ini, maka segala yang ada pada diri manusia, termasuk kekayaan yang berasal dari apa yang manusia lakukan (berproduksi terhadap sesuatu, benda, kreatifitas, ide, dll), pada hakikatnya adalah milik Allah, karena selalu ada "campur tangan dan keterlerlibatan Sang Pecipta " dari setiap nilai yang dihasilkan dalam tatanan kehidupan di langit dan di bumi.
Inilah sebabnya, tidak pantas bagi manusia untuk menyombongkan dirinya dengan apa yang ia miliki karena pada hakikatnya semua adalah milik Allah.
Dan kita senantiasa di ingatkan untuk mengucapkan Alhamdulillah... apabila ada yang memuji kita.. karena pada hakikatnya, semua kepunyaan, dan kebaikan itu adalah milik Allah.
Wallahu'alam.
Ketidak mampuan manusia untuk menciptakan dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada dinyatakan pula dalam Al Qur’an sebagaimana ayat ;
”Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)”. (An Naml 27 :60).
Bahkan Allah mencela sesembahan selain Allah yang ditatang-Nya untuk memperlihatkan satu ciptaannya yang berasal dari bumi yang bukan ciptaan Allah, atau yang berasal dari langit ;
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Qur'an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar". (Al Ahqoof 46 :2).
Ayat ini memperlihatkan pada kita, bahwa selain Allah memang tidaklah mampu untuk berbuat seperti Allah, menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Manusia hanyalah mampu untuk merubah dari sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang seakan-akan merupakan bentuk yang baru, dan hal ini seringlah di pahami oleh kebanyakan manusia sebagai proses penciptaan, padahal secara hakikat, ia bukanlah sebuah ciptaan, tetapi lebih tepatnya, ia adalah satu penemuan.
Mengenai penemuan, merubah sesuatu menjadi satu bentuk yang baru, tentunya ada ilmu yang Allah ajarkan kepada manusia sebagaimana dalam beberapa ayat berikut ;
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan”. (Saba’ 34 :10-11)
“Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)”. (Al Qomar 54 : 13-14)
..Segala sesuatu pada hakikatnya adalah berasal dari Allah, maka ia adalah mutlak milik Allah sepenuhnya. Manusia hanya diberi amanah sebatas apa yang Allah kehendaki dari sebagian kepemilikan-Nya sebagai ujian dalam kehidupannya..
Dengan memahami hal ini, maka segala yang ada pada diri manusia, termasuk kekayaan yang berasal dari apa yang manusia lakukan (berproduksi terhadap sesuatu, benda, kreatifitas, ide, dll), pada hakikatnya adalah milik Allah, karena selalu ada "campur tangan dan keterlerlibatan Sang Pecipta " dari setiap nilai yang dihasilkan dalam tatanan kehidupan di langit dan di bumi.
Inilah sebabnya, tidak pantas bagi manusia untuk menyombongkan dirinya dengan apa yang ia miliki karena pada hakikatnya semua adalah milik Allah.
Dan kita senantiasa di ingatkan untuk mengucapkan Alhamdulillah... apabila ada yang memuji kita.. karena pada hakikatnya, semua kepunyaan, dan kebaikan itu adalah milik Allah.
Wallahu'alam.