اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian makhluk). (QS Al-Alaq,
96:1)
Merdekakan Dirimu Dengan Ilmu
Inilah penggalan perintah pertama yang diterima Nabi saw. Perintah ini menjadi fajar kelahiran ilmu pengetahuan dan semangat mencari ilmu bagi seluruh umat manusia. Nabi saw sama sekali tidak bisa membaca dan menulis (al-Ummî). Dari seorang Nabi yang al-ummi ini justeru lahir berbagai bacaan dan tulisan yang sarat pengetahuan, hikmah dan tuntunan yang demikian hebatnya mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan manusia.
Masyhur ujaran beliau saw: Menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim. Tuntutlah ilmu sekalipun di negeri Cina. Awal abad ke-7 M nasehat ini terucap, satu abad kemudian yaitu abad ke-8 kaum muslimin merajai ilmu pengetahuan di seluruh dunia. Seorang penulis barat menulis: “Dari abad ke-8 hingga akhir abad ke-14, ilmu pengetahuan Arab (Islam) barangkali adalah sains yang paling maju di dunia, yang jauh melampaui Barat dan Cina.” (Toby.E.Huff, the Rise of Early Modern Science).
Al-Ummi juga dapat dilihat dari sudut pandang lain, selain tidak dapat membaca dan menulis yaitu: keperawanan (virginitas). Nabi yang ummi tidak punya akses sama sekali untuk meraih ilmu melalui membaca dan menulis huruf-huruf karya manusia. Hati beliau suci (virgin) dari sentuhan ilmu manusia. Seperti Maryam yang suci rahimnya lalu Allah meniupkan Kalimat-Nya melalui Jibril as ke rahim itu maka lahirlah al-Masih ‘Isa as tanpa ayah. Hati Nabi saw yang suci dari pengajaran manusia ketika dihembuskan kalam Allah ke dalam hati itu melalui Jibril as maka lahirlah al-Quran. Hal ini menjadi landasan bagi Ilmu Ladunni dalam tradisi keilmuan kaum muslimin. Ketika seseorang membersihkan hati dari pengaruh jiwa rendah melalui riyâdhah dan menghadapkan hati kepada Allah Ta’ala melalui murâqabah maka Allah al-‘Alîm akan melimpahkan pada hati itu ilmu dari lautan ilmu-Nya. Nabi saw memberi isyarat tentang hal ini,
” Barang siapa mengamalkan ilmu yang telah ia ketahui maka Allah akan mewariskan padanya ilmu yang tidak ia ketahui.” Sabdanya lagi,” Barang siapa mengikhlaskan amal hanya karena Allah, selama empat puluh hari Allah akan memancarkan hikmah dari hatinya yang mengalir ke lisannya.”
Belajar kepada manusia dengan cara menghitamkan kertas dengan tinta. Belajar kepada Allah dengan cara memutihkan hati dari hitamnya noda dosa. Kedua cara belajar ini khas pada kaum mukmin. Berbeda dengan kebanyakan ilmuwan barat, ilmuwan muslim memandang alam sebagai sesuatu yang suci. Alam adalah ayat-ayat Allah yang harus dibaca dengan penuh khidmat seperti al-Quran adalah ayat-ayat Allah yang harus dibaca dengan penuh khidmat. Secara etimologis Ayat (tanda) bererti al-alâmah al-zhâhirah (identiti yang sangat jelas), artinya ketika seseorang melihat ayat maka haruslah sejurus kemudian ia melihat juga sang pemilik ayat itu.
فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ
“… maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah…”
(QS. al-Baqarah:115)
Bila kita melihat alam semesta, sejurus kemudian kita tidak melihat wajah Allah maka pada hakikatnya kita buta meskipun melihat. Tidak ada kebutaan yang lebih dahsyat dibandingkan kebutaan jenis ini. Penyebabnya adalah kebodohan, yaitu kosongnya hati dari cahaya ilmu. Hijab terbesar antara hamba dengan Tuhannya adalah kebodohan. Kebodohan membuat orang terjajah tanpa bisa merdeka, terjajah oleh kegelapan hawa nafsu, dunia dan setan, yang menyebabkan ia gagal meraih kebahagiaan.
Satu-satunya cara untuk merdeka adalah usir kebodohan dengan senjata ilmu pengetahuan.
No comments:
Post a Comment